BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Proses perkembangan manusia dimulai dengan
perkembangan prakelahiran, perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal
kanak-kanak, perkembangan fase akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja,
perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lansia. Pembahasan di sini
difokuskan pada perkembangan anak usia dua
tahun.
Bahasa pada anak-anak terkadang sukar
diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang
masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam berbicara, sehingga sukar
untuk dipahami oleh mitra tuturnya. Untuk menjadi mitra tutur pada anak dan
untuk dapat memahami maksud dari pembicaraan anak, mitra tutur harus menguasai
kondisi atau lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara
mereka menggunakan media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin
diungkapkan kepada mitratutrnya di dalam berbicara. Selain menggunakan struktur
bahasa yang masih kacau, anak-anak juga cenderung masih menguasai keterbatasan
dalam kosakata dan dalam pelafalan fonemnya secara tepat. Lingkungan sangat
mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa yang diartikan sebagai
proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai sukses penguasaan yang lancar
serta fasih terhadap bahasa ibu mereka atau yang sering dikenal dengan bahasa
yang terbentuk dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini pemerolehan bahasa pada
anak akan membawa anak pada kelancaran dan kefasihan anak dalam berbicara.
Rentang umur anak di usia balita umumnya
mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan ingatan cenderung lebih cepat
dibandingkan usia-usia diatas balita. Sehingga dalam usia-usia tersebut
sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik, anak harus selalu
dirangsang dengan sesuatu yang bersifat pedagogig atau pendidikan. Pendidikan
bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di tingkatkan untuk memperoleh
hasil berbicara yang baik.
B. Rumusan
Masalah
Makalah ini berangkat dari rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan anak usia dua tahun dalam
memahami kosakata dasar yang dilafalkan?
2. Bagaimana ketercapaian bahasa anak umur 2 tahun
yang di fokuskan pada Chintya Ulfa Mahraini?
3. Bagaimanakah pemerolehan bahasa
pertama anak usia 2 tahun dari segi pemerolehan bidang fonologi ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah makalah ini
bertujuan :
1. Kemampuan anak usia dua tahun dalam memahami
kosakata dasar,
2. Ingin mengetahui sejauh mana ketercapaian
berbahasa anak umur dua tahun yang di fokuskan pada Chintya Ulfa Mahraini.
3. Untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa
pertama anak usia 2 tahun dari segi pemerolehan bidang fonologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Hakikat Pemerolehan Bahasa
Proses pemerolehan dan penguasaan bahasa
anak-anak merupakan satu perkara yang cukup menakjubkan. Bagaimana manusia
memperoleh bahasa merupakan satu isu yang amat mengagumkan dan sukar
dibuktikan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang berbeda telah dikemukakan
oleh para pengkaji untuk menerangkan bagaimana proses ini berlaku dalam
kalangan anak-anak. Memang diakui bahwa disadari ataupun tidak, sistem-sistem
linguistik dikuasai dengan pantas oleh individu anak-anak walaupun umumnya
tidak ada pengajaran formal. Pengertian
perkembangan bahasa pada anak:
1.
Perkembangan
bahasa pada anak adalah suatu pola pengembangan secara gradual atau bertahap,
yang akan mempengaruhi kemajuan perkembangan linguistik kanak-kanak pada suatu
kecepatan yang mantap, yang meningkat sedikit demi sedikit setiap hari. (Henry
Guntur Tarigan, 1986:263)
2.
Perkembangan
bahasa pada setiap anak berbeda, dimana bahasa akan muncul dalam waktu yang
berbeda, dalam budaya yang berbeda, dan hal tersebut akan membawa perbedaan
yang sangat besar pada kemampuan anak berbahasa. (Leo Idra Ardiana, dkk.,
2000:32)
3.
Perkembangan
bahasa pada pada anak adalah proses pemerolehan bahasa yang dialami kanak-kanak
sejak lahir sampai kira-kira menjelang usia sekolah. (Abdul Chaer, 2003:221).
Pemerolehan fonologi pada anak
meliputi kemampuan anak menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang berupa vokal dan
konsonan walaupun belum dalam bunyi yang sempurna. Bunyi-bunyi tersebut terjadi
secara bertahap yaitu:
a.
Pada usia 6 minggu, anak
menghasilkan bunyi-bunyi yang mirip bunyi vokal dan konsonan;
b.
Pada usia 8-20 minggu, anak
berada pada tahap mendekut (cooing);
c.
Pada usia 6 bulan, anak
mencampur bunyi konsonan dan vokal (babbling/celotehan);
d.
Pada usia 2 tahun, anak
melafalkan sebuah dengan konsonan di akhir kata tidak dilafalkan;
Pemerolehan morfologi pada
anak adalah pemerolehan bentuk morfem pada anak, baik morfem bebas dalam bentuk
kata, maupun dalam bentuk morfem terikat. Namun pemerolehan tersebut lebih
sering berupa morfem bebas berupa bentuk dasar atau kata dasar. Beberapa ahli
menyatakan pendapatnya mengenai hal tersebut.
1. Bloom danTardif
(Darjowidjojo, 2005:259), menyatakan bahwa kelas kata kerja diperoleh lebih
awal daripada kelas kata lainnya, dan frekuensi penggunaannya juga lebih
tinggi.
2. Gentner (Dardjowidjojo,
2005:259), menyatakan bahwa kata benda diperoleh lebih awal daripada kata kerja
dan frekuensinya pun lebih tinggi.
3. Dardjowijojo (2000:268),
menyatakan pendapatnya berdasarkan penelitiannya, bahwa selama lima tahun
pemerolehan leksikon anak didominasi oleh kata benda, diikuti kata kerja pada urutan kedua, kata sifat pada urutan
ketiga, serta kata tugas pada urutan berikutnya.
Pemerolehan Sintaksis pada anak adalah
pemerolehan unsur bahasa pada anak yang meliputi frase, klausa, dan kalimat,
beserta intonasinya. Khususnya dalam ujaran dua kata (UDK) pada anak telah
menunjukkan bahwa anak telah menguasai kelas kata sederhana dan mampu secara
kreatif memvariasikan fungsinya.
Pemerolehan leksikal pada
anak adalah penguasaan kosakata yag ada di sekeliling anak. Di mana pun seorang
anak berada, dia akan menguasai kosakata yang ada di sekelilingnya dan kosakata
yang pada saat itu ada. Anak akan sulit membayangkan benda yang tidak ada di
depan mereka, demikian pula, untuk mengungkapkan peristiwa yang telah lalu atau
yang akan datang, yang belum terjadi. Leksikon yang dikuasai anak sangat
bergantung pada keadaan anak. Anak petani di desa akan lebih awal memperoleh
dengan sempurna kata cangkul dan sawah. Akan tetapi, mereka sulit
menguasai dengan baik kata krayon dan komputer, seperti anak yang tinggal di kota.
Pemerolehan semantik
dilakukan seorang anak dengan mengamati dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya
informasi yang ada di lingkungannya. Apa yang diamati oleh seluruh panca
indranya menjadi pengetahuan dunianya. Berdasarkan pengetahuan dunia inilah
seorang anak memperoleh semantik bahasa dunianya dengan cara melekatkan ”makna”
yang tetap kepada uruan bunyi bahasa tertentu. Ahli-ahli psikologi perkembangan
menyatakan bahwa anak-anak memperoleh makna suatu kata dengan cara menguasai fitur-fitur
semantik kata satu demi satu sampai dengan semua fitur semantik itu sebagaimana
yang dikuasai dikuasai oleh orang dewasa (Abdul Chaer, 2003:195).
Pragmatik dalam bidang
bahasa berkembang sebagai studi tentang penggunaan bahasa dalam hubungannya
dengan orang lain, terutama hubungan di antara kalimat dengan konteks dan
situasi penggunaannya. (Richard, dalam Gunarwan 1994:42). Menurut Nino dan Snow (Darjowidjojo
2005:2266-268), pragmatik merupakan bagian dari perilaku berbahasa, oleh karena
itu penelitian mengenai pemerolehan bahasa perlu juga mengamati pemerolehan
pragmatik. Berikut ini urutan pemerolehan pragmatik pada anak.
2.
Fonologi dan Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Fonologi
a. Fonologi
Pengertian Fonologi adalah bagian
tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.
Sementara menurut Kridalaksana (2007:2), fonologi adalah ilmu tentang bunyi
pada umumnya fonetik sedangkan bunyi bahasa diteliti atau di uraikan dalam
fonologi. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone
‘bunyi’ dan ‘logos’ tatanan, kata, atau ilmu’ dlsebut juga tata bunyi. Bidang
ini meliputi dua bagian. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara
menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh
alat ucap manusia.
Fonemik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran
yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona,
sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi
fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau
lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Untuk
menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1)
Udara,
2)
Artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3)
Titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal dan Konsonan
Vokal dan Konsonan
Vokal adalah fonem yang dihasilkan
dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang
dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan. Yang
dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh
adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .
Fonem dan Pembuktiannya Fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan
melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu
bahasa yang mengandung kontras minimal.
Contoh :
- pola & rnembedakan /o/
dan /u/®pula
- barang & membedakan /b/
dan /p/®parang
Memahami bunyi merupakan sesuatu hal
yang dipandang penting dalam pembelajaran bahasa. Seorang peneliti bahasa akan
sutit mengidentifikasi bahasa jika ia tidak menguasai bunyi bahasa. Dengan
memahami bagaimana suatu kata dibunyikan dengan baik, seorang pembelajar bahasa
akan semakin cepat menguasai bahasa yang hendak dipelajari. Oleh sebab itu,
penguasaan bunyi dipandang penting dalam pembelajaran bahasa dan penelitian
bahasa (Samsuri, 1987:91).
b. Pemerolehan
Bahasa dalam Bidang Fonologi
Dalam pemerolehan bahasa, masukan
merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan. Manusia tidak
akan dapat menguasai bahasa apabila tidak ada masukan komprehensif. Pandangan
mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada
saat dilahirkan. Disamping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal
sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal.
Chomsk (dikutip Dardjowidjojo, 2005:244), mengibaratkan anak sebagai entitas
yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang
dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi,
bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitar.
Pada waktu dilahirkan, anak hanya
memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini berbeda dengan binatang yang
sudan memiliki sekitar 70%. Karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat
melakukan banyak hal segera setelah lahi, sedangkan manusia hanya bisa menangis
dan menggerak-gerakkan badannya. Pada umur 6 minggu, anak mulai mengeluarkan
bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum
dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar jelas. Sementara pada
umur 6 bulan, anak mulai mencampurkan konsonan dengan vokal sehingga membentuk
apa yang ada dalam bahasa Inggri dinnamakan babbling atau celotehan
(Dardjowodjojo 2000:63). Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti oleh
sebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan
bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/.
B. HASIL
PENELITIAN
Chintya Ulfa Mahraini atau yang
kerap dipanggil dengan Ulfa adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ia lahir
pada tanggal 11 Juli 2010. Ayahnya
adalah seorang petani dan ibunya seorang pedagang. Adapun lokasi penelitian ini
adalah Desa Kalisari RT. 01 RW. 02
Kelurahan Plumutan Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang.
Ulfa sudah
dapat berjalan dan anak yang lincah. Dan apabila bermain masih bersifat merusak
atau mencacah-cacah barang misalnya kertas yang disobek-sobek. Ia suka mencoba
bereksplorai tentang barang-barang yang ia temui dan ingin menemukan apakah
kegunaan dari barang tersebut atau digunakan sesuai imajinasinya. Dalam
berinteraksi ia sudah mulai agak lancar dalam berbicara walaupun kejelasan vocalnya
masih belum terbaca secara jelas. Adapun perbendaharaan kata sudah mulai
meningkat dan sering ia
mengulangi kata-kata yang kita lontarkan atau yang ia dengar. Dan
ia juga sering
menanyakan apa ini namanya? Apa itu? siapakah dia? maksudnya apa? dan sebagainya.
a. Transkip Data
a) Data I Transkrip Percakapan (Dalam bahasa
jawa)
Ibu
: “Dedek namane sinten nggeh?” (Adek namanya siapa ya?)
Anak
: “Ulpa”
Ibu
: “Uhh,, pinter,, Namane bapakne Ulfa Sinten?”(Uhh, pintar, Namanya Bapaknya Ulfa siapa?)
Anak
: “Pak
Uyuti”
Ibu
: “Mbak’e Ulfa sinten?” (kakaknya Ulfa siapa?)
Anak
: “Mbak Otik”
Ibu
: “Lha Masne Ulfa?”
Anak
: “Ambang”
Kata Sebernarnya
|
Ulfa
|
Satuan
Fonem Yang Lesap
|
Perubahan
Fonem
|
Ulfa
|
Ulpa
|
/f/
|
/p/
|
Suyuti
|
Uyuti
|
/s/
|
-
|
Mbak
Khotik
|
Mbak
Otik
|
/Kh/
|
-
|
Bambang
|
Ambang
|
/b/
|
-
|
b) Data II
Transkrip Percakapan
Anak
: Buk,
Aus 6x (haus 6x)
Ibu
: enggehh, niki susune, Nyanyi dek,Bangun tidurku…
Anak
: “Telus
andi”(terus mandi)
Ibu
: “Tidak”
Anak
: “Yupa
ngeosok jigi” (lupa menggosok gigi)
Ibu
: “Habis mandi”
Anak
: “Ku toyong ibu” (kutolong ibu)
Ibu
: “Membersikan”
Anak
: Tepat
tidungku (tempat tidurku)
Kata
Sebenarnya
|
Ulfa
|
Satuan
Fonem Yang Lesap
|
Perubahan
Fonem
|
Haus
|
Aus..aus..aus..aus..aus..aus.
|
/h/
|
-
|
Terus
mandi
|
Telus
andi
|
/r/
/m/
|
/l/
|
Lupa
menggosok gigi
|
Yupa
ngeosok jigi
|
/l/
/m/ /g/ /o/ /g/
|
/y/
/e/ /j/
|
Kutolong
ibu
|
Ku
toyong ibu
|
/l/
|
/y/
|
Tempat
tidurku
|
Tempat
tidungku
|
/r/
|
/ng/
|
c) Data III Transkrip Percakapan
Ibu
: “Nyanyi opo maneh ya?” (Nyanyi apa lagi ya)
Anak
: “intang ecil” (bintang kecil)
Ibu
: “ayo?”
Anak
: “intang ecil liat aku ada” (bintang kecil lihat aku ada)
Intang ecil di angit yang iyu (bintang kecil di
langit yang biru)
Ibu
: “Amat...”
Anak
: “Anyak” (banyak)
Ibu
: “Menghias...”
Anak
: Angca aku inyin tebang (angkasa aku ingin terbang)
Dan enai da pegi ke tepat kau beada (dan menari
dan pergi ketempat kau berada)
Ibu
: Ehhmm,, pinter...
Kata
Sebenarnya
|
Ulfa
|
Satuan
Fonem Yang Lesap
|
Perubahan
Fonem
|
Bintang
kecil
|
Intang ecil
|
/b/
/k/
|
-
|
Bintang
kecil lihat aku ada
Bintang
kecil di langit yang biru
|
Intang ecil liat aku ada
Intang ecil di angit yang iyu
|
/b/
/k
/k/
/e/ /l/ /b/
|
-
-
|
Banyak
|
Anyak
|
/b/
|
-
|
Angkasa
aku ingin terbang
Dan
menari dan pergi ke tempat kau berada
|
Angca aku inyin tebang
Dan enai da pegi ke tepat kau beada
|
/k/
/s/ /g/ /r/
/m/
/e/ /r/ /n/ /r/ /m/ /r/
|
/s/
-
|
d) Data IV Transkrip Percakapan
Ibu
: “niki sinten dek ?” (Ini siapa Dek?)
Anak
: “Dedek”
Ibu
: “Namine ?” (Namanya?)
Anak
: “ Ayu”
Ibu
: “niki namine pa ??” (Ini namanya apa?)
Anak
: “Ayis” (alis)
Ibu
: “niki ?” (Ini?)
Anak
: “Mipat” (mata)
Ibu
: “niki?”(Ini)
Anak
: “Iyut”(perut)
Ibu
: “Niki?” (ini?)
Anak
: “Idung” (hidung)
Ibu
: “Lha niki?” (kalau ini?)
Anak
: “Nanang” (tangan)
Ibu
: “niki”
Anak
: “Kaki” (kaki)
Ibu
: “Pinter dek. Lha niki?”(Pintar, kalau ini?)
Anak
: “Bayon “(balon)
Ibu
: “Niki jepite Ibuk namine apa?” (Ini jepit Ibu, apa namanya?)
Anak
: “Kuku” (kuku)
Ibu
: “Lhah niki” (Lha ini?)
Anak
: “Ambut”(rambut)
Ibu
: “Pinter, niki?” (Pintar, ini?)
Anak
: “Uping” (kuping)
Ibu
: “Pinter, niki?” (Pintar, ini?)
Anak
: “Jigi” (gigi)
Ibu
: “ Lha niki?” (Lha ini?)
Anak
: “Yidah” (lidah)
Ibu
: “Pinter dek, niki napa? (Pintar Dek, ini apa?)
Anak
: Pipi (pipi)
Kata
Sebenarnya
|
Ulfa
|
Satuan
Fonem Yang Lesap
|
Perubahan
Fonem
|
Dedek
|
Dedek
|
-
|
-
|
Bayu
|
Bayu
|
-
|
-
|
Alis
|
Ayis
|
/l/
|
/y/
|
Mata
|
Ato
|
/m/
/a/
|
/o/
|
Perut
|
Iyut
|
/r/
|
/y/
|
Hidung
|
Idung
|
/h/
|
-
|
Tangan
|
Nanang
|
/t/
/g/
|
/n/
/a/
|
Kaki
|
Kaki
|
-
|
-
|
Balon
|
Bayon
|
/l/
|
/y/
|
Kuku
|
Kuku
|
-
|
-
|
Rambut
|
Ambut
|
/r/
|
-
|
Kuping
|
Uping
|
/k/
|
/u/
|
Gigi
|
Jigi
|
/g/
|
/j/
|
Lidah
|
Yidah
|
/l/
|
/y/
|
Pipi
|
Pipi
|
-
|
-
|
e) Data VTranskrip Percakapan
Ibu
: “Nex niki pinten?”(Kalau ini berapa ?”
Anak
: “Ua” (dua)
Ibu
: “Ngitung yukk”(Berhitung dulu yuk)
Anak
: “Itung “(hitung)
Anak
: “Catu, uua, tida, pat” (satu, dua, tiga, empat )
Ibu
: “Dek kae apa namane “Itu apa nama nya dek ?…
Anak
: “Yampu “(lampu)
Ibu
: “niki”(Ini ?)
Anak
: “Patan” (papan)
Ibu
: niki ? (ini)
Anak
: “Picang “(pisang)
Ibu
: “niki”(Ini ?)
Anak
: “Bayon” (balon)
Ibu
: “Ibu lunga sek ya,, dedek ning kene ” (Ibu pergi dulu ya,, Dedek di sini)
Anak :
“Wauu( meluu)” (ikut)
Kata
Sebenarnya
|
Ulfa
|
Satuan
Fonem Yang Lesap
|
Perubahan
Fonem
|
Dua
|
Ua
|
/d/
|
-
|
Hitung
|
Itung
|
/h/
|
-
|
Satu,
dua, tiga, empat
|
Catu,
ua, tida, pat
|
/s/
/d/ /g/ /e/ /m/
|
/c/
|
Lampu
|
Yampu
|
/l/
|
/y/
|
Papan
|
Patan
|
/p/
|
/t/
|
Pisang
|
Picang
|
/s/
|
/c/
|
Balon
|
Bayon
|
/l/
|
/y/
|
f) Data VI Transkrip Percakapan
Ibu
: “Dedek seneng mam apa?”(Dedek suka makan apa ?)
Anak
: “Atan itan “(makan ikan)
Ibu
: “Trus maem apa?”(Terus makan apa ?)
Anak
: “ubung” (Bubur)
Ibu
: “Nex Es, seneng apa?”(Kalau es, senang es apa ?)
Anak
: “Es skim pomi “(es krim popmi)
Ibu
: “nex susu?”(Kalau susu ?)
Anak
: “Cucu cocat” (susu coklat)
Kata
Sebenarnya
|
Ulfa
|
Satuan
Fonem Yang Lesap
|
Perubahan
Fonem
|
Makan
ikan
|
Atan
itan
|
/m/
/k/
|
/t/
|
Bubur
|
Ubung
|
/b/
/r/
|
/ng/
|
Es
krim popmi
|
Es
skim pomi
|
/p/
|
/o/
|
Susu
coklat
|
Cucu
cocat
|
/s/
/kl/
|
/c/
|
b. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dipaparkan di
atas, bunyi-buyi yang diucapkan oleh Ulfa di umur 2 tahunnya, Ulfa telah banyak
memperoleh dan memproduksi berbagai fonem yang dapat membedakan arti kata-kata
yang dapat diucapkan. Fonem-fonem konsonan dan vokal yang telah dikuasai oleh
Ulfa pada usia dua tahun adalah a, b, c, d, e, g, i, j, k, l, n, o, s, t, u,
dan y. Ada beberapa konsonan tersebut yang belum bisa di ucapkan jika konsonan
terebut berada di awal, di tengah dan di akhir. Untuk konsonan [g], Ulfa
akan menghilangkan konsonan tersebut jika konsonan tersebut berada di
awal misalnya /gigi/ diucapkan menajadi /jigi/ sementara jika konsonan tersebut
berda di tengah misalnya /tiga/ di ucapkan /tida/.
Selanjutnya,
untuk konsonan [m] Ulfa akan menghilangkan konsonan tersebut jika konsonan
tersebbut berada di awal, di tengah. Misalnya /mama/ di ucapkan /ma/ dan
/tempat/ di ucapkan /tepat. Untuk konsonan [h], Ulfa akan menghilangkan bunyi
konsonan tersebut jika konsonan tersebut berada di awal misalnya /hijau/ di
ucapkan /ijo/, /hidung/ diucapkan /idung/ dan /hitung /di ucapkan /itung/ dan
/haus/ diucapkan /aus/. Sementara konsonan [s], Ulfa menghilangkan bunyi
konsonan tersebut jika konsonan tersebut berada diawal dan ditengah, sementara
diakhir Ulfa sudah mampu mengucapkannya dengan jelas di misalnya:
/angsa/
/angca/
/pisang/
picang/
/sampun/
/campun/
/satu/
/catu/
/sehat/
/cehat/
/capi/
/capi/
/sandal/
/andal/
/susu/ /cucu/
BAB III PENUTUP
a. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian, dapat disimpulan bahwa Ulfa telah banyak menyebutkan
bunyi-buyi konsonan ( b, c, d, g, j, k, l, n, s, t, u, dan y, dan vokal (a, i,
u, e, dan o) sementara ada beberapa konsonan yang belum bisa di ucapkan
oleh Ulfa yaitu konsonan (f, q, x, dan z), sementara konsonan [r], [s], [g].
konsonan [r] Ulfa mengganti konsonan [l], konsonan [s], diganti konsonan
[c] dan konsonan [g] diganti [j].
b. Saran
Hasil penelitian ini hanya
membicarakan pemerolehan bahasa pertama anak dalam bidang , pemahaman kosa
kata, kata yang dikuasai, dan bidang fonologi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai aspek lain yaitu, misalnya bidang morfologi,
sintaksis, dan leksikon. Selain itu, dapat juga meneliti pemerolehan bahasa
anak dengan usia berbeda serta pemerolehan bahasa kedua.
DAFTAR
PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Unika Atma Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar