Minggu, 29 September 2013

Corak Kurikulum Tradisional



MAKALAH
CORAK KURIKULUM TRADISIONAL
Disusun guna memenuhi tugas: Telaah Kurikulum
Dosen Pengampu:Ustadzah Darul Qutni, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Siti Khotijah                                                   2303411001
Ana Kurniati                                      2303411003
Rosikin                                                           2303411004
Khumaidi Hamzah                                         2303411005
Mentari Ramadhan                                        2303411007
Khafidz Khasani                                             2701409008
BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu sistem yang melibatkan banyak unsur dalam proses pelaksanaannya. Semua unsure tersebut saling berkaitan hingga terbentuk suatu kesatuan sistem yang menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Masing-masing unsure pendidikan memiliki peranan tersendiri dalam prosesnya.
          Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Keberadaan kurikulum menjadi suatu patokan yang menentukan arah pelaksanaan pendidikan. Dalam suatu Negara yang mengembangkan system pendidikan, kurikulum selalu bersifat dinamis sehingga dari masa ke masa mengalami perkembangan sebagai upaya untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yang dianggap masih tidak tetap sasaran atau sebagai upaya dalam menyesuaikan proses pendidikan dengan perkembangan zaman.

2.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan membahas tentang sejarah, ruang lingkup dan permasalahan seputar periodisasi sastra Arab, yaitu sebagai berikut :
a.    Apa pengertian kurikulum tradisional?
b.   Apa karakteristik kurikulum tradisional?
c.    Bagaimana kerangka kurikulum tradisional?
3.     Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain:
a.   Agar mengetahui pengertian dari kurikulum tradisional.
b.   Untuk mengetahui karakteristik kurikulum tradisional.
c.   Untuk mengetahui kerangka kurikulum tradisional.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
a.      Pengertian Kurikulum Tradisional
Roebert M. Hutchin yang menyatakan: “The curiculum should include grammar, reading, theoric and logic, and mathematic, and eddition at the secondary level introduce the great books of the western world. Dalam kamus Weboter kurikulum diartikan: “Acourse, a specified fixed course of study, as in a school or cologe,a s leading to degree
Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum menurut pengertian tradisional, adalah sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus ditempuh dipelajari dikuasai oleh peserta didik untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau Ijazah.
Kurikulum tradisional diartikan sebagai semua mata pelajaran yang diberikan dalam    satu lembaga pendidikan atau  secara sempit dalam suatu mata pelajaran atau sebagai satu himpunan mata pelajaran yang  di perlukan untuk lulusan atau untuk mendapat ijazah dalam satu bidang studi tertentu.
Menurut Nengly and Evaras (1976) : Kurikulum tradisional adalah pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolahUntuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.
Kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif dan kreativitas murid, Kurikulum itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan pembentukan pribadi berdasarkan minat, bakat, kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang berbeda-beda. Antara murid yang satu dengan murid yang lain dalam satu kelas. Segala sesuatu yang menyangkut isi kurikulum untuk dilaksanakan di kelas sudah diatur dan ditetapkan oleh pihak instansi atasan, yang bahkan menutup kemungkinan guru mengembangkan kegiatan berdasarkan inisiatif dan krativitasnya sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar. kurikulum modern yang menekankan pada perkembangan individu secara maksimal, akan mencerminkan kebebasan atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan diselenggarakannya secara efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang maha Esa.
B.    Karakteristik Kurikulum Tradisional
v Berpegang pada kurikulum yang didasarkan atas subjek atau mata pelajaran, yang biasanya diberikan secara terpisah-pisah. Bahan mata pelajaran diambil dari berbagai disiplin ilmu yang dibina dan senantiasa dikembangkan para ilmuwan dan karena itu mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat.
v Kurikulum tradisional ini telah bertahan selama beberapa abad dan diduga akan bertahan terus sepanjang masa. Dianggap bahwa ilmu mempunyai nilai tersendiri dan karena itu dapat dipelajari demi ilmu itu sendiri.
v Selain itu mempelajari ilmu akan mengembangkan kemampuan intelektual anak.
v Diperlukannya pengarahan, pengawasan, control dan disiplin yang ketat, agar siswa mempelajari bahan yang sama dan mencapai tingkat penguasaan yang sama.
v Apa yang dipelajari dalam kurikulum tradisional dianggap akan berguna kelak di kemudian hari anak, karena banyak pelajaran yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kehidupan anak dalam masyarakat. Kurikulum tradisional menerima kenyataan dalam masyarakat sebagaimana adanya.
v Kurikulum tradisional menyama ratakan semua siswa baik  mengenai bahan,metode belajar-mengajar, maupun evaluas.
C.    Kerangka Kurikulum Tradisional
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang bercirikan “grass root people”, yang sudah tumbuh dan berkembanag di Nusanatara ini dari 300 – 400 atahun silam. (Mastuhu, 1994: 21). Di awal pertumbuhannya, pesantren selalu berupaya untuk menyesuaikan misinya dengan kebutuhan dan dinamika perkembangan masyarakat sekitarnya.
Karena pesantren merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, maka fungsinya tidak hanya semata-mata sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga lembaga sosial yang menjalankan tugas kemasyarakatan.   Karena itu prinsip-prinsip pembelajaran santri di pesantren pada dasaarnya selalu disesuaikan menurut kebutuhan dan tuntuatan masyarakat yang lingkungannya.  Oleh karena itu, pesantren juga sangat lekat dengan sistem nilai yang hidup di masyarakat.  
Jika dilihat dari perspektif “Islam historis”, yaitu Isalam yang dipahami oleh kaum muslimin sejak masa Nabi sampai memasuki abad modern ini, maka tampak bahwa terdapat perkembangan pemahaman aatas ajaran islam, yang secara garis besar dapat berbentuk tekstual dan kontekstual.  Pemahaman tekstual, menempuh cara pemahaman terhadap teks-teks al-Qur`an dan Sunnah dengan mengutamakan makna yang lebih dekat dengan pengertian bahasanya.  Sedangkan pemahaman kontekstual, menempuh pemahaman teks-teks aal-Qur`an dan Sunnah dengan mengutamakan amakna konteks dari yang terkadung di dalam pembicaraan teks ayat atau Sunnah tersebut.
Agaknya pemahaman yang berkembang di pesantren tidak keluar dari pola tersebut, kususnya abagi pembentukan konsep kurikulumnya.  Pemahaman tekstual akan melahirkan pesantren tradisional, sedangkan corak pemahasan kontekstual yang membawa pesantren ke arah perkembangan yang memenuhi tuntutan modern. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk melihat konsep kurikulum pesantren dalam konteks pemahaman tersebut. 
Istilah konsep mengandung banyak pengertian, diantaranya:  Theodorson, dalam Dictionary of Sociology,  mengartikan “konsep” sebagai:
A word or a set of words that expresses a general idea concerning the nature of something or the relations between things…, (and) mental constructs reflecting a cetain point of view and focusing upon certain asfect of phenomena while ignoring other. (Theodorson, 1969: 68).
Dalam Oxfod Dictionary,  concept”  diartikan “ idea underlying a class of things general nation”. (Hornby, 1974: 174). Dari dua definisi di atas konsep mengandung dasar pemikiran dan gagasan.  Dengan demikian konsep kurikulum mengandung dasar pemikiran, baik filosofis, psikologis dan sosiologis.   Menurut Mastuhu dasar kurikulum pesantren tidak dapat dipisahkan dari pandangan Kiay yang berangkat dari pemahaman terhadap islam, baik menyangkut pemahaman tentang teologis, manusia, kehidupan, tugas dan tanggung jawab manusia terhadap kehidupan dan pendidikan. (Mastuhu, 1994: 19)  Sedangkan gagasan kurikulum meliputi: Tujuan atau orientasi pendidikan, materi, organisasi atau proses pendidikan dan evaluasi. (Nana Syaodih, 1988: 32). Kerangka kurikulum tradisional ini dapat digambarkan sebagai berikut :
KERANGKA KURIKULUM TRADISIONAL
Tradisi & nilai
spiritual

ual
tekstual

Dasar kurikulum

Filosofis
Psikologis
sosiologis

Nilai temporal

kontekstual
A
J
A
R
A
N
 
I
S
L
A
M

Materi


Tujuan    E valuasi


Organisasi
O
U
T

P
U
T

S
A
N
T
R
I

            
     











Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berupaya untuk menggambarkan ide atau gagasan kurikulum pesantren dan berbagai pemikiran yang mendasarinya. Secara umum  pesantren-pesantren dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.      Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang khsusu mempelajari kitab-kitab klasik agama Islam.
b.     Pesantren sebagaimana bentuk di atas dengan menambah pemberian keterampilan kerja praktis untuk bekal hidup mandiri di masyarakat.
c.      Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan sebagaimana di atas,   di samping juga melaksanakan pendidikan formal madrasah dan/atau sekolah umum.
d.     Pesantren sebagaimana bentuk di atas di samping juga menyelenggarakan pendidikan tinggi agama.


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kurikulum  tradisional merupakan    semua mata pelajaran yang diberikan dalam    satu Lembaga pendidikan atau  secara sempit dalam suatu mata pelajaran atau sebagai satu himpunan mata pelajaran yang  di perlukan untuk lulusan atau untuk mendapat ijazah dalam satu bidang studi tertentu.
Karakteristik kurikulum tradisional antara lain:
v Berpusat pada guru.
v  level Pendidikan untuk tingkat sekolah berikutnya .
v Tinggi rasio murid-guru.
v Eksternal disiplin .
v Terisolasi kurikulum .
v Berorientasi produk .
v Belajar dengan bor .
v Konsep yang disajikan sebagai fakta untuk menghafal .
v Dasar pembelajaran .
v Penilaian kuantitatif .
v  Pengajaran untuk menguji.


DAFTAR PUSTAKA
Syarief. A. Hamid. Pengembangan Kurikulum, Pasuruan: Bauna Indah, 1993 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar