MAKALAH
CORAK KURIKULUM TRADISIONAL
Disusun guna memenuhi tugas: Telaah
Kurikulum
Dosen Pengampu:Ustadzah Darul Qutni,
S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Siti
Khotijah 2303411001
Ana Kurniati 2303411003
Rosikin 2303411004
Khumaidi Hamzah
2303411005
Mentari Ramadhan 2303411007
Khafidz Khasani 2701409008
BAHASA DAN SASTRA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
adalah suatu sistem yang melibatkan banyak unsur dalam proses pelaksanaannya.
Semua unsure tersebut saling berkaitan hingga terbentuk suatu kesatuan sistem
yang menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah di
tetapkan. Masing-masing unsure pendidikan memiliki peranan tersendiri dalam prosesnya.
Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Keberadaan
kurikulum menjadi suatu patokan yang menentukan arah pelaksanaan pendidikan.
Dalam suatu Negara yang mengembangkan system pendidikan, kurikulum selalu
bersifat dinamis sehingga dari masa ke masa mengalami perkembangan sebagai
upaya untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yang dianggap masih tidak tetap
sasaran atau sebagai upaya dalam menyesuaikan proses pendidikan dengan
perkembangan zaman.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan membahas tentang sejarah,
ruang lingkup dan permasalahan seputar periodisasi sastra Arab, yaitu sebagai
berikut :
a. Apa
pengertian kurikulum tradisional?
b. Apa
karakteristik kurikulum tradisional?
c. Bagaimana
kerangka kurikulum tradisional?
3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan
makalah ini antara lain:
a. Agar
mengetahui pengertian dari kurikulum tradisional.
b. Untuk
mengetahui karakteristik kurikulum tradisional.
c. Untuk
mengetahui kerangka kurikulum tradisional.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
a.
Pengertian Kurikulum Tradisional
Roebert M.
Hutchin yang menyatakan: “The curiculum should include grammar, reading,
theoric and logic, and mathematic, and eddition at the secondary level
introduce the great books of the western world”.
Dalam kamus Weboter kurikulum diartikan: “Acourse, a specified
fixed course of study, as in a school or cologe,a s leading to degree”
Dari pengertian di atas dapatlah
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum menurut pengertian
tradisional, adalah sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus
ditempuh dipelajari dikuasai oleh peserta didik untuk mencapai suatu tingkat
tertentu atau Ijazah.
Kurikulum
tradisional diartikan sebagai semua mata pelajaran yang diberikan dalam
satu lembaga pendidikan atau secara sempit dalam suatu mata
pelajaran atau sebagai satu himpunan mata pelajaran yang di perlukan
untuk lulusan atau untuk mendapat ijazah dalam satu bidang studi tertentu.
Menurut
Nengly and Evaras (1976) : Kurikulum tradisional adalah pengalaman yang
direncanakan yang dilakukan oleh sekolahUntuk menolong para siswa dalam
mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.
Kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan
diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif dan kreativitas murid,
Kurikulum itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan pembentukan pribadi
berdasarkan minat, bakat, kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang
berbeda-beda. Antara murid yang satu dengan murid yang lain dalam satu kelas.
Segala sesuatu yang menyangkut isi kurikulum untuk dilaksanakan di kelas sudah
diatur dan ditetapkan oleh pihak instansi atasan, yang bahkan menutup
kemungkinan guru mengembangkan kegiatan berdasarkan inisiatif dan krativitasnya
sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar. kurikulum modern yang
menekankan pada perkembangan individu secara maksimal, akan mencerminkan
kebebasan atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan
diselenggarakannya secara efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk
pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang maha Esa.
B.
Karakteristik
Kurikulum Tradisional
v
Berpegang pada kurikulum yang
didasarkan atas subjek atau mata pelajaran, yang biasanya diberikan secara
terpisah-pisah. Bahan mata pelajaran diambil dari berbagai disiplin ilmu yang
dibina dan senantiasa dikembangkan para ilmuwan dan karena itu
mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat.
v
Kurikulum tradisional ini telah
bertahan selama beberapa abad dan diduga akan bertahan terus sepanjang masa.
Dianggap bahwa ilmu mempunyai nilai tersendiri dan karena itu dapat
dipelajari demi ilmu itu sendiri.
v
Selain itu mempelajari ilmu akan
mengembangkan kemampuan intelektual anak.
v
Diperlukannya pengarahan,
pengawasan, control dan disiplin yang ketat, agar siswa mempelajari bahan yang
sama dan mencapai tingkat penguasaan yang sama.
v
Apa yang dipelajari dalam kurikulum
tradisional dianggap akan berguna kelak di kemudian hari anak, karena banyak
pelajaran yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kehidupan anak dalam
masyarakat. Kurikulum tradisional menerima kenyataan dalam masyarakat
sebagaimana adanya.
v
Kurikulum tradisional menyama ratakan
semua siswa baik mengenai bahan,metode
belajar-mengajar, maupun evaluas.
C.
Kerangka
Kurikulum Tradisional
Pesantren adalah lembaga pendidikan
Islam yang bercirikan “grass root people”,
yang sudah tumbuh dan berkembanag di Nusanatara ini dari 300 – 400 atahun
silam. (Mastuhu, 1994: 21). Di awal pertumbuhannya, pesantren selalu berupaya
untuk menyesuaikan misinya dengan kebutuhan dan dinamika perkembangan masyarakat
sekitarnya.
Karena pesantren merupakan bagian
dari kehidupan masyarakat, maka fungsinya tidak hanya semata-mata sebagai
lembaga pendidikan, tetapi juga lembaga sosial yang menjalankan tugas
kemasyarakatan. Karena itu prinsip-prinsip
pembelajaran santri di pesantren pada dasaarnya selalu disesuaikan menurut
kebutuhan dan tuntuatan masyarakat yang lingkungannya. Oleh karena itu, pesantren juga sangat lekat
dengan sistem nilai yang hidup di masyarakat.
Jika dilihat dari perspektif “Islam
historis”, yaitu Isalam yang dipahami oleh kaum muslimin sejak masa Nabi sampai
memasuki abad modern ini, maka tampak bahwa terdapat perkembangan pemahaman
aatas ajaran islam, yang secara garis besar dapat berbentuk tekstual dan
kontekstual. Pemahaman tekstual,
menempuh cara pemahaman terhadap teks-teks al-Qur`an dan Sunnah dengan
mengutamakan makna yang lebih dekat dengan pengertian bahasanya. Sedangkan pemahaman kontekstual, menempuh
pemahaman teks-teks aal-Qur`an dan Sunnah dengan mengutamakan amakna konteks
dari yang terkadung di dalam pembicaraan teks ayat atau Sunnah tersebut.
Agaknya pemahaman yang berkembang
di pesantren tidak keluar dari pola tersebut, kususnya abagi pembentukan konsep
kurikulumnya. Pemahaman tekstual akan
melahirkan pesantren tradisional, sedangkan corak pemahasan kontekstual yang
membawa pesantren ke arah perkembangan yang memenuhi tuntutan modern. Oleh
karena itu penelitian ini mencoba untuk melihat konsep kurikulum pesantren
dalam konteks pemahaman tersebut.
Istilah konsep mengandung banyak
pengertian, diantaranya: Theodorson,
dalam Dictionary of Sociology, mengartikan “konsep” sebagai:
A
word or a set of words that expresses a general idea concerning the nature of
something or the relations between things…, (and) mental constructs reflecting
a cetain point of view and focusing upon certain asfect of phenomena while
ignoring other. (Theodorson, 1969: 68).
Dalam Oxfod Dictionary, “concept”
diartikan “ idea underlying a class of things general nation”. (Hornby, 1974:
174). Dari dua definisi di atas konsep mengandung dasar pemikiran dan
gagasan. Dengan demikian konsep
kurikulum mengandung dasar pemikiran, baik filosofis, psikologis dan
sosiologis. Menurut Mastuhu dasar
kurikulum pesantren tidak dapat dipisahkan dari pandangan Kiay yang berangkat
dari pemahaman terhadap islam, baik menyangkut pemahaman tentang teologis,
manusia, kehidupan, tugas dan tanggung jawab manusia terhadap kehidupan dan
pendidikan. (Mastuhu, 1994: 19) Sedangkan
gagasan kurikulum meliputi: Tujuan atau orientasi pendidikan, materi,
organisasi atau proses pendidikan dan evaluasi. (Nana Syaodih, 1988: 32). Kerangka
kurikulum tradisional ini dapat digambarkan sebagai berikut :
KERANGKA
KURIKULUM TRADISIONAL
Tradisi &
nilai
spiritual
ual
|
tekstual
|
Dasar kurikulum
Filosofis
Psikologis
sosiologis
|
Nilai temporal |
kontekstual
|
A
J
A
R
A
N
I
S
L
A
M
|
Materi
Tujuan E valuasi
Organisasi
|
O
U
T
P
U
T
S
A
N
T
R
I
|
Berdasarkan
gambar di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berupaya untuk
menggambarkan ide atau gagasan kurikulum pesantren dan berbagai pemikiran yang
mendasarinya. Secara umum
pesantren-pesantren dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pesantren
sebagai lembaga pendidikan non formal yang khsusu mempelajari kitab-kitab
klasik agama Islam.
b. Pesantren
sebagaimana bentuk di atas dengan menambah pemberian keterampilan kerja praktis
untuk bekal hidup mandiri di masyarakat.
c. Pesantren
sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan sebagaimana di atas, di samping juga melaksanakan pendidikan
formal madrasah dan/atau sekolah umum.
d. Pesantren
sebagaimana bentuk di atas di samping juga menyelenggarakan pendidikan tinggi
agama.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kurikulum tradisional merupakan semua mata pelajaran yang diberikan dalam satu
Lembaga pendidikan atau secara sempit dalam suatu mata pelajaran atau
sebagai satu himpunan mata pelajaran yang di perlukan untuk lulusan atau
untuk mendapat ijazah dalam satu bidang studi tertentu.
Karakteristik
kurikulum tradisional antara lain:
v Berpusat pada guru.
v level Pendidikan untuk tingkat sekolah
berikutnya .
v Tinggi rasio murid-guru.
v Eksternal disiplin .
v Terisolasi kurikulum .
v Berorientasi produk .
v Belajar dengan bor .
v Konsep yang disajikan sebagai fakta
untuk menghafal .
v Dasar pembelajaran .
v Penilaian kuantitatif .
v Pengajaran untuk menguji.
DAFTAR PUSTAKA
Syarief. A. Hamid. Pengembangan
Kurikulum, Pasuruan: Bauna Indah, 1993 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar